Hot!

13 Legenda Dewa Buddha Part 2

Vidyarajah Vajra Yaksah
NAMA yang diambil dari bahasa Sansekerta ini, banyak versi terjemahannya. MisalnyaVilyarajah Yaksah Intan atau Vidyarajah Penelan Intan. Beliau adalah Penjaga Keles  tarian dan Penyebaran Agama Buddha yang diajarkan oleh Hyang Buddha Amoghasiddhi yang menguasai wilayah utar dari bumi kits atau dari clam semesta.
Umat Buddha dari Sekte Esoteris Timur, menganggap Vidyarajah Vajra Yaksah ini se  bagai salah seorang dar i . ke-Li  ma Vidyarajah (Raja yang dari tubuhnya ke luar cahaya yang terang-benderang). Tetapi umat Buddha sekte Esoteric yang ads di Taiwan , mengganti beliau dengan Sang Ucchusma.
Vidyarajah ini telah menyata  kan atau mengikrarkan sumpah suci beliau, untuk melenyapkan semua makhluk yang berhati jahat. Serta untuk melenyapkan hingga ke akar-akarnya segala kotoran dan fikiran yang sifatnya berisi haws nafsu yang terdapat di Tiga Alam (yang melekat pads Tiga Kehidupan).Sumpah suci beliau yang asli adalah, sama dengan Sumpah Sucinya Sang Ucchusma.
Rupang atau gambar Vidya  rajah Vajra Yaksah mempunyai Tiga Wajah dan Enam Tangan. Menunjukkan penampakan yang bersikap march. Tubuh beliau dihiasi dengan tujuh macam intan berlian. Tinggi badannya luar biasa, tak dapat diukur.
Keseluruhan dari badan beliau mengeluarkan nyala api. Keenam tangannya memegang beraneka bends. Tangan pertama di sebelah kanan memegang alas penumbuk padi, tangan kedua memegang anak panah, tangan ketiga me  megang pedang. Tangan pertama sebelah kiri memegang gents, ta  ngan kedua memegang busur panah, dan tangan ketiga meme  gang sebuah rods.
Kaki kanannya menginjak se  buah Bungs Teratai, sedang kaki sebelah kiri berkeadaan atau dalam posisi agak dibengkokkan.
Benda-bends yang dipegang beliau, masing-masing mengan  dung makna yang tersembunyi :Pedang dan Roda (Cakra) me  lambangkan Dharma. atau Kewa jiban untuk mengalahkan hawa ­ nafsu, Anak Panah dan Busur melambangkan sikap mental dan kegiatan mencintai semua makh luk serta menghormatinya. Gents dan A lat Penumbuk Padi melam  bangkan Vajra Sattvanya dari tubuh beliau (artinya tubuh beliau memiliki days tahan yang luar biasa hebatnya, di mans beliau memiliki berbagai kesaktian).
Menurut legends, kata-kata kebenaran dari Vidyarajah Vajra Yaksah, sangat efektif sifatnya di dalm menanggapi semua permo  honan yang diajukan pengagumnya.
Bila seseorang mengucapkan mantra kata-kata kebenaran yang diberikan beliau sebanyak 1080 kali, maka semua makhluk ciptaan Tuhan yang menghuni 3300 bush Alam Besar, akan dapat diminta per  hatian dan simpatinya, dan berkenan memberikan pertolongannya.
Adapun tujuan dari pembinaan diri untuk melaksanakan dharma  nya beliau, adalah untuk mele nyapkan segala bencana, untuk mengatasi dan menguasai raksasa dan segala hantu. Di lingkungan umat Buddha di Jepang, banyak orang yang mempercayai dharani (mantra)nya, dan mempercayai kegunaan meletakkan lambang kekuasaan beliau di altar tempat persembahyangan mereka.

Wei Tuo Phu Sa / Skanda Bodhisattva
 
Sebagai Pho Sat (Bodhisatva), Wei Tuo Pho Sat bertugas melindungi  Dharma Sang Buddha dan merupakan salah satu dari 32 Cu Thian. Oleh karena tugasnya sebagai pelindung Dharma, arcanya (Kim Sin) selalu ditempatkan di ruang pertama sebuah kelenteng, beradu punggung dengan Mi Lek Pho Satyaitu Buddha Maitreya (lihat gambar bawah). Beliau mengenakan baju zirah dan membawa Hang Mo Pian (Ruyung Penakluk Iblis).
Apabila seorang Sangha (Mahayana) melanggar Vinaya (Peraturan Kebhiksuan), maka ia dihadapkan kepada Wei Tuo Pho Satuntuk pertobatan. Wei Tuo Pho Satdapat jugaditampilkan ber-sama2 dengan Ka Lan Pho Sat(Bodhisatva Pelindung bangunan2 Suci) sebagai Malaikat Pintu.

Koan Seng Tee Kun 

Seperti yang anda ketahui, Koan Seng Tee Kun hidup pada zaman Tiga Negara (Sam Kok, 165 - 219 M).Beliau adalah salah satu Dewata yang dipuja oleh ketiga agama (Sam Kauw). Kaum Buddhist menganggapnya sebagai Dewata Pelindung kuil dan bangunan2 suci (salah satu dari Ke Lan Seng Ciong Pho Sat). Kaum Taoist memujanya sebagai Malaikat Pelindung peperangan. Sedangkan kaum Confusianist memujanya sebagai seorang suci dan teladan dalam hal Setia, Pri Kebenaran dan Keberanian. Sepanjang kekaisaran Tiongkok dan khusus pada masa Dinasti Qing, Koan Seng Tee Kun sangat dipunja ber-sama2 Koan Im Pho Sat. Beliau adalah Dewata Utama Pelindung Kerajaan
Gambar dan arcanya populer dengan wujud Beliau duduk membaca kitab Hikayat zamanChun Chiu (salah satu dari 5 kitab klasik). Bersama 4 Dewata pendidikan lainnya Beliau dipuja sebagai 5 Dewata pendidikan (Ngo Bun Chiang). Rakyat pada umumnya memujanya sebagai Dewata Sipil & Militer (Bun Bu Seng Sin) dan salah satu dari Dewata Harta (Cay Sin). Bersama anak angkatnya Koan Ping dan Ciu Jong yang setia, Beliau banyak dipuja baik di kelenteng maupun di rumah.

Thian Siang Seng Bo 
 
Thian Siang Seng Boo(天上聖母)lahir pada tanggal 23 Bulan 3 Imlek tahun 960 M di sebuah pulau kecil di propinsi Hok Kian. Saat dilahirkan sinar merah menyoroti dari langit kekamarnya dan menyebarkan wangi harum ke seluruh penjuru. Seorang pendeta Tao meramalkan bahwa Beliau kelak akan menjadi seorang Dewata.
Sejak usia belia, Beliau telah dapat menghafal kitab suci Koan Im dan fasih dengan pelajaran2 Sam Kao (Tri Dharma). Memang Beliau didatangkan ke dunia untuk menolong umat manusia khususnya bagi mereka yang memerlukan pertolongan di laut. Oleh karenanya, Beliau sangat dipuja oleh para nelayan dan mereka yang melakukan perjalanan jauh. Sesampai di tempat tujuan, kelenteng dibangun untuk menghormati dan memuja Ma Co Po, nama panggilan akrabnya.
Pada hari perayaan Tiong Yang tanggal 9 bulan 9 Imlek tahun 987 M, Beliau mendaki pegunungan. Dari puncak gunung, Beliau mengendarai angin dan mega naik ke langit dan menjadi abadi.

Thay Swee Ya 
 
Thay Swee Ya (歲爺) adalah salah satu dari Dewata2 Bintang. Masing2 Dewata Bintang menguasai nasib seseorang dalam setahun. Menurut perhitungan Thian Kan (Pilar Langit) dan Tee Ci (Cabang Bumi), Bintang Thay Swee muncul pada 60 tahun dari satu periode perhitungan astrologi Tiongkok. Dalam kata lain ada 60 Bintang Thay Swee. Di kuil Pek In Koan di Beijing terdapat altar yang menghormati ke-60 Dewa Bintang tersebut.
Menurut perhitungan tersebut, bila Shio seseorang sama dengan lambang (shio) pada tahun berjalan, maka kondisi semacam ini dinamakan Ciong Thay Swee (kurang harmonis). Ia harus lebih banyak melakukan sembahyang kepada Thay Swee Ya supaya terhindar dari hal2 yang merugikannya.

Kong Tek Cun Ong 
Kong Tek Cun Ong (廣澤尊王) adalah Dewata Pelindung dari berbagai malapetaka air, api, perampokan dan lain2. Penampilan Beliau adalah dengan satu kaki bersilah dan yang satunya terjuntai ke bawah memakai baju kebesaran Raja Muda.
Kong Tek Cun Ong hidup di Dinasti Song (abad IX) sezaman dengan Ma Co Po. Beliau dipuja ber-sama2 dengan Seng Ma dan biasa dipanggilPo An Kong Tek Cun Ong, sebuah gelar yang dianugerahkan Kaisar Kong Si dari Dinasti Ching. Kelenteng Hong San Sie di Si San adalah tempat dimana Beliau mencapai kesempurnaanya duduk bertapa di atas sebuah batu bundar.

Seng Hong Ya 
Seng Hong Ya (城隍爺) adalah penguasa di alam baka namun kekuasaanya juga termasuk di dunia fana. Beliau juga dipuja sebagai contoh pejabat tinggi yang jujur dan ideal. Sehingga bila berselisih mereka akan pergi keSeng Hong Bio (Kelenteng Seng Hong) untuk saling bersumpah. Pada peringatan hari ulang tahunnya diadakan upacara gotong Toapekong dengan thema Seng Hong Yamenginspeksi rakyatnya.
Seng Hong Ya termasuk Dewata pelindung dari segala macam yang tidak baik. Para pemujanya datang untuk memperoleh perlindungan dan di akhir tahun melakukanWan Hok kepadanya

Hoa Kong Hua Pho 
Hoa Kong adalah seorang putra dari Pangeran Bun dan merupakan saudara muda Kaisar Bu Ong. Beliau hidup semasa Dinasti Ciu Barat (1027 - 771 SM). Merupakan orang suci pada masa itu dengan panggilan Ciu Kong Tan.
Sebagai orang suci bijaksana, Beliau menyusun kitab2 peradaban, misalnya Ciu Lee (kitab adat istiadat Dinasti Ciu yang berisi adat perkawinan dan perkabungan). Ada lagi kitab tafsir mimpi, firasat, dan lain2 yang sampai saat ini masih menjadi rujukan berbagai kalangan.
Namun rakyat memuja Beliau terutama sebagai Dewata Pengikat Perjodohan. Pada hari ulang tahunnya, para pemujanya mempersembahkan keranjang bunga (Hoa Lan) agar enteng jodoh
Beliau biasa ditampilkan dengan kedua istrinya, yang pertama Toa Ma disebelah kirinya, sedangkan yang memegang anak kecil adalah istri kedua Ji Ma. Dalam beberapa hal, Khong Hu Cu sendiri menganggap Ciu Kong Tan sebagai guru spiritualnya

Cham Kui Coo Su 
 
Cham Kui Coo Su (懺魁祖師)lahir di propinsi Hok Kian pada abad ke-8 zaman Dinasti Song. Ketika berusia 8 tahun Beliau biasa mengembala sapi. Ia membuat sebuah lingkaran di tanah dimana sapinya berada, herannya tidak seekor sapi pun keluar dari lingkaran tersebut. Setelah dewasa, Beliau menjadi Rahib dan tinggal di gunung Im Na San, daerah Bwee Ciu, Tiongkok Selatan. Lalu mendirikan keleteng Leng Kong Sie, kelenteng yang pertama untuk dareah tersebut. Beliau mencapai Parinirwana pada tahun 861.
Sampai sekarang di depan kelenteng tersebut terdapat sepasang pohon cemara (siong) yang satu masih hidup dan segar sedangkan yang ke dua sudah mati dan kering. Namun tinggi dari ke dua pohon tersebut selalu sama tinggi. Pohon yang hidup tidak pernah lebih tinggi dari yang mati.

To Tha Thian Ong 
Pada mulanya To Tha Thian Ong (托塔天王) adalah seorang pertapa yang telah balik ke penghidupan duniawi karena belum waktunya menjadi abadi. Sebagai seorang pejabat militer, ilmu peperangannya sangat tinggi begitu juga ilmu kedewaannya. Kesaktiannya membuahkan kemenangan dalam peperangan. Ke-3 putranya juga berilmu tinggi sebagai murid para Dewata. Yang pertama Kim Cia adalah murid Bun Su Kong Hoat Thian Cun, sedangkan Bok Cia berguru kepada Pho Hian Cin Jin dan Lo Cia murid dariThay It Cin Jin.
Kekuasaan To Tha Thian Ong meliputi Langit Utara dan keamanan Pintu Langit. Para rasaksa dan raseksi yang tinggal di gunung Mahameru berada dibawah perintahnya. Pagoda Pusaka Leng Liong Tha adalah lambang dirinya.

Hian Thian Siang Tee 
Dalam kisah Perjalanan Ke Utara (Pak Yu Ki) dikisahkan bahwa Yu Huang Da Di {Hok Kian=Giok Hong Tai Te} telah menyatakan keinginannya untuk turun ke dunia. Salah satu dari ketiga rohnya menitis ke dunia sebagai manusia. Kemudian beliau terlahir beberapa kali (tumimbal lahir) sebagai putra mahkota yang meninggalkan kehidupan duniawi, pergi bertapa. Setelah mengalami banyak kesukaran, cobaan dan penderitaan, akhirnya beliau mencapai dewa dengan gelar Xuan Tian Shang Di {Hok Kian= Hian Thian Siang Te}.
Selanjutnya dikisahkan Hian Thian Siang Te turun ke bumi menaklukan berbagai siluman, antara lain siluman ular dan siluman kura-kura. Oleh karena itu Kim Sin (pratima)- nya selalu dilukiskan menginjak kura-kura dan ular.
Kekuasaan beliau adalah di seluruh Langit Utara. Pada waktu dinasti Bing (1368-1644) diperintah oleh Kaisar Bing Thay Couw, beliau diangkat sebagai Dewata Pelindung Kerajaan. Sampai sekarang istananya di Ci Kim Shia, kota terlarang masih berdiri dengan megahnya. Dengan dikawal oleh Kim Tong dan Giok Li, serta Sui Ho Ji Ciang serta berbagai Thian Kun, beliau bertahta dengan agungnya dengan pedang terhunus menghadap ke Selatan. 36 Malaikat Langit (Thian Kong) dan 72 Malaikat Bumi (Te Soat) di bawah kendalinya. Sedangkan Thio Guan Swe (Hian Tan Kong) dan Kang Goan Swee adalah pengawalnya yang selalu nampak berdampingan

Hian Than Kong   
Hian Than Kong adalah salah satu penitisan dari Dewata Bintang Harta (Cay Pek Seng Kun). Kekuasaannya memberi berkah rezeki kepada umatnya. Sepanjang sejarah Tiongkok yang berabad-abad lamanya kita mengenal beberapa Cay Sin (Dewa Harta). Misalnya Bun Cay Sin, Bu Cay Sin, Koan Kong, Tho Te Kong, Sik Cong, Cao Cay Ong, Lauw Hay, Ngo Louw Cay Sin, dan lain-lain. Hian Than Kong adalah Bu Cay Sin, dewata harta yang berpakaian militer.
Dalam kitab Hong Sin (Penganugerahan Malaikat), diceritakan bahwa sebelum menjadi abadi beliau hidup di zaman dinasti Ciu (1122-247 SM). Dulunya bernama Thio Kong Bing, pernah bekerja sebagai pengawal seorang hartawan, sering bertindak sewenang-wenang. Setelah mengalami kejadian yang menyentuh hatinya, ia pun meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi pertapa. Kesaktiannya jarang ada bandingannya, bahkan Kiang Tju Gee pun tak sanggup melawannya.
Perwujudannya yang umum adalah dengan menunggang harimau hitam (Hek Houw), memegang ruyung dan tangan yang satunya memegang Goan Po (emas lantakan). Termasuk salah satu dari Ngo Louw Cay Sin dan juga salah satu murid Hian Thian Siang Te.

Tek Hay Cin Jin
 
Tek Hay Cin Jin(澤海真人) akrab dengan sebutanKwee Lak Hoalahir pada tahun 1695 waktu Kaisar Khong Hie memerintah. Kwee Lak Hoa dikenal dan dijunjung sebagai pejuang dan pembela masyarakat Tionghoa yang dibantai oleh pemerintah Hindia Belanda di Batavia pada tahun 1740 dimana sekitar 5.000 s/d 10.000 penduduk terbunuh.
Beliau dianugrah gelar Tek Hay Cin Jin oleh kekaisaran Dinasti Tjhing dan dipuja oleh penduduk setempat sebagai Dewata Pelindung Perdagangan di laut.
Kwee Seng Seng Kun (魁星星君) disebut juga Kwee Tao Seng Kun atau Bun Kwee Hu Cu atau Liok Ie Tee Kun (Kaisar berbaju Hijau). Beliau adalah salah satu Dewata Bintang Utara. Sebagai penitisan dari Bintang Kesusastraan (Bun Khiok Seng), Beliau juga salah satu dari Ngo Bun Chiang (Lima Dewata Kesusastraan Dan Pendidikan). Pada waktu Tiongkok masih menerapkan sistem Ujian Kenegaraan, para pelajar dan kaum Mandarin sangat memuja Ngo Bun Chiang khususnya pada tanggal 7 bulan 7 Imlek yaitu hari Raya Menguji Kepandaian (Khit Khau Ciat).
Perwujudan Kwee Seng Seng Kun yang umum adalah berupa mahluk berwajah buruh, satu kaki diangkat ke belakang dan yang lain menginjak mahluk air Ao. Sedang tangannya memegang pena bulu dan gantang, lambang dunia pengetahuan.

0 komentar:

Post a Comment